Serunya Menjadi Ketua Koperasi Desa Merah Putih

Koperasi Desa Merah Putih bagian dari Program Nasional Presiden Prabowo dengan Instruksi Presiden No 9 Tahun 2025

KOPERASI DESA MERAH PUTIH

Samsi

9/22/20252 min read

Mengenal kata koperasi itu sejak masuk di bangku sekolah SD dan terus diperkenalkan sampai SMA dan pada pendidikan dasar sampai pendidikan menengah menjadi pondasi mengenal koperasi. Koperasi menjadi sokoguru ekonomi di indonesia tapi semenjak era reformasi 1998 mulai tidak lagi menjadi perhatian besar bagi pemerintah sehingga koperasi terus tergelincir bukan lagi pada rel yang sebenarnya.

Keluar jalan dari manfaat akhirnya pengertian koperasi pun bergeser maknanya yang diketahui oleh masyarakat. Generasi saat ini rata-rata lahir pada tahun 90an sedangkan tahun itu sudah mulai ada masalah di negara kita karena adanya reformasi sehingga sangat terasa dampaknya saat ini masyarakat sangat kurang memahami manfaat berkoperasi.

Pengetahuan tentang koperasi yang dimiliki masyarakat saat ini yaitu tempat pinjam uang dan tidak mengenal manfaat lainnya. Padahal koperasi dari dulu ada bukan hanya memberikan pinjaman kepada orang yang membutuhkan seperti yang terjadi saat ini, karena koperasi terbentuk dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat, tapi yang terjadi kata koperasi dimanfaatkan oleh oknum jual beli uang, seolah-olah koperasi padahal bisnis uang yang menekan bunga sangat besar seperti dalam sebuah kata sangat terkenal yaitu lintah darat.

Kita kembali fokus pada serunya menjadi ketua koperasi. Knapa mesti seru padahal biasa-biasa saja, ini menjadi sebuah cerita walaupun singkat, jadi rata-rata masyarakat yang menjadi ketua koperasi desa merah putih bukan berbasis pengalaman koperasi sampai-sampai makna dari koperasi saja tidak tahu. Pribasa mengatakan tak kenal maka tak sayang, bagaimana kita akan sungguh-sungguh jika kenalpun tidak, karena awalnya tertarik menjadi ketua koperasi bukan atas dasar pengabdian tapi tertariknya dengan jabatan dan gaji besar, alhasil setelah terbentuk mau melangkah bingung sendiri.

Padahal jika sudah memiliki dasar pengetahuan tantang koperasi seharusnya tidak seperti orang berjalan dalam kegelapan, melangkah saja sesuai alur dari pembentukan, modal terkumpul simpanan pokok dan wajib dari pendiri sebagai modal awal, mencari modal lagi dengan menarik anggota baru melalui sosialisasi turun kebawah langsung, terus aja dilakukan maka akan berjalan sendiri dan saat regulasi keluar kita sudah memiliki anggota yang siap menerima manfaat dari koperasi, apa yang terjadi saat ini banyaknya berhenti macet alasannya kurang bensin.

Jadi saya dan temen terus melakukan kegiatan harian menerima keanggotaan baru, setiap seminggu sekali sosialisasi ke setiap RT teman desa yang lain bingung, padahal sudah diberi modal awal oleh pendiri, uangnya kemana?

Serunya apa, banyaknya ketua bingung melangkah awal