Profesionalisme Guru di Ruang Kelas: Fokus, Etika, dan Pengembangan Kompetensi
Pendidikan adalah pilar kemajuan bangsa, dan guru merupakan arsitek utamanya. Dalam melaksanakan tugas mulia ini, profesionalisme seorang guru di ruang kelas memegang peranan krusial. Namun, berbagai tantangan dan praktik yang kurang ideal masih terlihat, menghambat terciptanya lingkungan belajar yang optimal dan berpusat pada peserta didik.
GURUDISPLINMETODE PEMBELAJARANKARAKTER SISWAPENDEKATANMODEL PEMBELAJARANPEMBELAJARANPENDIDIKAN
Samsi
11/16/20253 min read


Berikut adalah telaah mendalam berdasarkan poin-poin penting mengenai peningkatan kualitas dan profesionalisme guru saat mengajar.
1. Integritas Fokus dalam Pembelajaran: Jauhkan Gawai Pribadi
Aktivitas mengajar menuntut fokus dan kehadiran penuh dari seorang guru. Penggunaan telepon genggam atau chatting yang tidak berhubungan dengan media pembelajaran adalah bentuk disrupsi yang serius. Hal ini mengirimkan pesan negatif kepada siswa tentang pentingnya konsentrasi dan merusak alur komunikasi di kelas. Guru harus memastikan bahwa ponsel hanya digunakan sebagai media pendukung pembelajaran yang terintegrasi, bukan sebagai alat hiburan pribadi yang mengganggu.
2. Etika dan Sikap Selama Proses Belajar Mengajar
Ruang kelas adalah lingkungan profesional. Tindakan seperti makan atau mengunyah saat mengajar menunjukkan kurangnya etika dan penghargaan terhadap waktu dan proses pembelajaran. Guru harus menjaga sikap, penampilan, dan perilaku yang mencerminkan profesionalisme tinggi. Waktu istirahat disediakan secara khusus untuk keperluan pribadi, termasuk makan.
3. Perencanaan Pembelajaran yang Matang: Pentingnya RPP
Keberhasilan proses pembelajaran sangat bergantung pada perencanaan yang terstruktur, di mana Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menjadi panduan utama. Sangat disayangkan bahwa masih banyak guru yang belum mempersiapkan RPP secara maksimal. Persiapan yang kurang matang seringkali berujung pada pengaturan waktu yang tidak efektif dan tujuan pembelajaran yang tidak tercapai. RPP bukan sekadar formalitas, melainkan peta jalan untuk mencapai keberhasilan pengaturan waktu dan program yang terencana.
4. Stagnasi Metode Pembelajaran: Pusat Belajar pada Siswa
Fenomena umum yang masih terjadi adalah minimnya pengembangan metode pembelajaran. Banyak guru masih terjebak dalam gaya mengajar ceramah satu arah. Akibatnya, pusat belajar menjadi didominasi oleh guru (teacher-centered) bukan pada peserta didik (student-centered). Guru profesional wajib berinovasi, mengadopsi model-model pembelajaran aktif, dan memanfaatkan teknologi untuk memastikan siswa menjadi subjek aktif yang terlibat dalam proses penemuan dan pemecahan masalah.
5. Penanganan Siswa Bermasalah: Antara Mendisiplinkan dan Melindungi
Guru seringkali mengabaikan tindakan siswa yang hiperaktif atau bermasalah dengan alasan utama: ketakutan terhadap hukum atau reaksi orang tua siswa. Ketakutan ini, meskipun berakar pada perlindungan diri, justru melalaikan fungsi guru sebagai pendidik yang bertanggung jawab menanamkan disiplin, karakter, dan norma. Pendekatan harus diubah dari hukuman fisik menjadi pendekatan mendidik, persuasif, dan konseling yang melibatkan kolaborasi dengan orang tua, sehingga masalah perilaku dapat ditangani secara efektif tanpa melanggar hak anak.
6. Disiplin Waktu Mengajar: Menghargai Komitmen
Ketepatan waktu adalah indikator disiplin dan komitmen. Masih banyak guru yang kurang memperhatikan waktu tugas mengajar, misalnya baru berangkat dari rumah pukul 07.00 pagi padahal seharusnya sudah berada di sekolah dan siap mengajar pada jam tersebut. Keterlambatan guru, sekecil apapun, tidak hanya merugikan jam efektif belajar siswa tetapi juga menetapkan standar yang buruk mengenai tanggung jawab.
7. Membudayakan Literasi: Kebiasaan Membaca Bersama
Literasi adalah fondasi pengetahuan. Saat ini, keprihatinan terhadap rendahnya minat baca di kalangan peserta didik menjadi isu nasional. Namun, sangat sedikit guru yang membiasakan kegiatan membaca secara bersama di kelas. Menerapkan 10-15 menit kegiatan membaca terstruktur sebelum pelajaran dimulai dapat menjadi langkah signifikan untuk menumbuhkan minat dan kebiasaan literasi yang kuat.
8. Lebih dari Mengajar: Esensi Mendidik
Tugas guru bukan sekadar "mengajar" (transfer pengetahuan) tetapi juga "mendidik" (transfer nilai dan karakter). Masih banyak guru yang fokus utamanya adalah keberhasilan kompetensi akademis sementara aspek moral dan etika dikesampingkan. Mendidik karakter harus menjadi prioritas nomor satu. Kompetensi adalah hasil sampingan dari proses pendidikan yang utuh.
9. Prinsip yang Menyesatkan: Asal Siswa Senang
Prinsip "asal siswa senang" yang masih banyak berlaku, terutama dalam penilaian dan pemberian tugas, dapat menyesatkan. Memang, menciptakan suasana kelas yang menyenangkan itu penting, tetapi kenyamanan tidak boleh mengorbankan standar kualitas dan tantangan akademis yang diperlukan untuk perkembangan. Guru harus berani menetapkan ekspektasi tinggi yang menantang siswa, sambil tetap memberikan dukungan, agar siswa tidak hanya "senang" tetapi juga berkembang dan mencapai potensi terbaik mereka.
Kesimpulan
Guru adalah ujung tombak reformasi pendidikan. Peningkatan profesionalisme harus dimulai dari kesadaran diri untuk menjalankan tugas dengan integritas, etika, dan disiplin tinggi. Dengan menjauhkan gangguan, merencanakan matang, berinovasi dalam metode, dan memprioritaskan mendidik karakter di atas sekadar mengajar kompetensi, kita dapat memastikan bahwa guru benar-benar menjadi sosok teladan yang menyiapkan generasi penerus bangsa.
Pendidikan Untuk Semua
Belajar, mengajar, dan menginspirasi dalam bidang pendidikan Formal dan Nonformal
Kontak
Ekonomi
samsiberkarya
081312029889
© 2024. Samsi All rights reserved.
