Lima Jalan Menuju Ketenangan Jiwa

Untuk menuju ketenangan jiwa kita, lima kiat yang dapat kita lakukan. Untuk memahami kiat-kiatnya silahkan baca artikel ini selanjutnya

Samsi

1/31/20253 min read

white concrete building during daytime
white concrete building during daytime

Menjalankan ibadah sebagai hamba atas perintah penciptanya

Sebagai hamba yang telah diciptakan oleh sang maha pencipta tentu akan mendapat perintah, analoginya sebagai pemilik Perusahaan dengan karyawannya, seorang karyawan akan mendapatkan tugas dan perintah masing-masing berbeda dari jabatan tertinggi sampai jabatan terendah. Dari setiap jabatan itu mengandung resiko masing-masing dan berat ringannya tentu sangat berbeda. Dan setiap jabatan yang diembannya harus siap mempertanggungjawabkan apa yang diperintahkan dan resikonya. Dari analogi di atas memberikan sebuah Gambaran kepada kita bahwa setiap wajib menjalankan tugas sesuai dengan perintahnya walaupun berbeda dengan pemilik Perusahaan yang mengharapkan perintahnya wajib dilakukan dan jika tidak melakukan maka dapat terjadi pemecatan atau dikeluarkan dari Perusahaan. Sangat berbeda dengan pencipta Allah SWT untuk hambanya tidak akan di pecat dari seorang hamba namun seorang hamba akan diuji atas kehambaannya menurut atau tidak itu merupakan resiko yang harus dialami seorang hamba, karena sang pencipta tidak butuh atau harapan dikerjakan apa yang telah ditugaskannya.

Jadi uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hamba butuh pencipta tetapi pencipta tidak butuh hamba. Karena itu mari kita berusaha untuk menjadi hamba yang terbaik menurut perintahnya dan menjauhi larangannya agar kita menjadi hamba pilihan terbaik-Nya.

Berikhtiar dengan konsisten usaha yang diamanatkan

Hidup harus berpikir dan kemudian dilanjutkan untuk berusaha. Setiap orang yang berusaha sudah diberikan jalannya masing-masing walaupun ada kemiripan atas usaha yang dijalankan tetapi semua itu memiliki perbedaan, dari perbedaan itulah yang harus kita berusaha konsisten apa yang diberikan atau amanat yang harus dikerjakan. Tidak konsisten apa yang harus dikerjakan biasanya datangnya nafsu keserakahan dan keinginan yang datang pada diri kita. Dan biasanya seseorang yang diberikan amanat di rel yang berbeda pasti itu bukan dasar pemikirannya karena akan terjadi mengalir seperti air karena atas kehendak penciptanya bukan karena ambisi nafsunya.

Jadi Kesimpulan dari uraian ini adalah saat kita mendapat sebuah amanat baik besar atau kecil harus konsisten dalam menjaga serta mengelolanya, jika ingin pengembangan janganlah mengawali dengan nafsu keserakahan tapi semuanya biar mengalir atas kehendak-Nya.

Selalu melakukan Evaluasi diri

Dalam aktifitas kita sehari-hari tidak lepas dari hal kesalahan apapun itu jenis aktifitas yang diperbuat. Aktifitas kita terbagi menjadi dua yaitu aktifitas lahiriah dan batiniah. Agar kita terjaga dari petaka karena kurang control maka kita harus selalu melakukan evaluasi diri setiap saat. Setiap kegiatan yang kita lakukan jangan sampai melupakan evaluasi agar terlihat kekurangan yang kita kerjakan sehingga apa yang kurang kita dapat langsung memperbaiki agar tidak menumpuk kekurangan. Jika kekurangan sudah bertumpuk maka akan berdampak timbulnya masalah apapum itu bidang pekerjaannya.

Kesimpulan yang diperoleh dari narasi di atas bahwa kita harus melakukan evaluasi setiap selesai melakukan kegiatan baik ucapan, perbuata lahir ataupun batin.

Selalu Melakukan kontemplasi

Berkontemplasi atau dalam agama disebutnya bertafakur adalah jalan yang ke empat untuk membuat jiwa kita tenang dan nyaman dalam hidup ini. Kontemplasi yang kita lakukan itu adalah memberikan pujian apa yang kita dengar, rasakan, lakukan, ucapkan, pada hidup ini, Adapun kontemplasi dalam pujian ini kita sampaikan kepada pemegang ala mini yaitu Alloh SWT. Dengan kita sering berkontemplasi maka akan adanya kehadiran kenyamanan untuk jiwa kita sebagai obat penyembuh apa yang telah kita lakukan dalam kegiatan sehari-hari.

Kesimpulannya setiap hari ayo kita lakukan berkontemplasi atau bertafakur kepada pencipta apa yang telah pencipta berikan kepada kita dan kepada semua isi alam jagat ray aini.

Bersyukur dan Ikhlas

Mengucapkan rasa Syukur pada umumnya saat menerima pemberian dari seseorang kepada kita. Kita bersyukur karena tampak nyata didepan kita akan pemberiannya, tetapi kita kadang melupakan rasa Syukur kita kepada pencipta yang telah memberikan segalanya kepada kita. Kita lupa akan pemberian-Nya, tentang hidupnya kita, berbicaranya kita, mendengarnya kita, melihatnya kita, keinginan, kecerdasan dan diberi pahamnya kita. Yang kita rasakan seolah-olah kitab isa berberak dan lain sebagainya kehendak kita sendiri padahal kit aini tidak bisa berbuat apa-apa alias tidak berdaya. Selain itu apa yang kita kerjakan yang dianggap baik kita selalu teringat walaupun waktu melakukan kebaiakan itu sudah berpuluh-puluh tahun, dengan mengingat masa lalu atas kebaikan yang kita perbuat artinya kita belum sampai pada kata Ikhlas. Kata Ikhlas menurut penulis adalah perbuatan baik yang telah kita kerjakan telah lupa dimemori kita.

Jadi kesimpulannya teruslah bersyukur apa yang kita peroleh dan diberikan kepada kita baik nyata atau tidak nyata lahir maupun batin, serta terus berupaya melupakan kebaikan kita kepada orang jangan terus mengingatnya dimemori kita.