Hari Guru Nasional 2025: Merefleksikan Makna 'Guru' di Tengah Arus Perubahan
Setiap tanggal 25 November, Indonesia merayakan Hari Guru Nasional dan ulang tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Pada tahun 2025 ini, peringatan tersebut kembali mengingatkan kita pada sosok sentral dalam pembangunan bangsa: Guru. Namun, di balik perayaan dan ucapan terima kasih, terdapat refleksi mendalam mengenai makna dan tanggung jawab seorang guru di era modern. Dalam dekade ini, peran guru tidak lagi sekadar mentransfer ilmu, melainkan bertransformasi menjadi fasilitator, motivator, dan yang utama, teladan.
GURUPERAN PEMERINTAHDISPLINMETODE PEMBELAJARANKARAKTER SISWA
Samsi
11/25/20252 min read


Refleksi Kritis: Makna Penting yang Harus Dilakukan Guru di Dekade Ini
Perubahan zaman menuntut guru untuk secara berkala melakukan muhasabah atau evaluasi diri atas profesionalitas dan pengabdian. Berikut adalah poin-poin penting yang harus menjadi fokus refleksi bagi setiap guru saat ini:
1. Profesionalitas dan Evaluasi Diri
Sudahkah Evaluasi Diri atas Kinerja Menjadi Guru?
Guru harus memiliki kebiasaan mengevaluasi diri secara jujur. Apakah metode mengajar sudah efektif? Apakah hasil belajar siswa sudah optimal? Evaluasi ini penting untuk memastikan adanya peningkatan kualitas berkelanjutan.
Apakah Sudah Mencerminkan Kode Etik Keprofesian?
Kode etik adalah panduan moral dan perilaku. Guru wajib menjunjung tinggi integritas, obyektivitas, dan tanggung jawab, tidak hanya di sekolah, tetapi juga di masyarakat.
2. Output Pembelajaran dan Keteladanan
Apa yang Dihasilkan oleh Guru untuk Siswa Setelah Pembelajaran?
Output tidak hanya berupa nilai akademis, tetapi juga karakter, keterampilan berpikir kritis, dan kesiapan hidup. Guru harus memastikan siswa tidak hanya tahu, tetapi juga mampu melakukan dan menjadi.
Menjadi Sosok yang 'Digugu dan Ditiru' dan Teladan di Sekolah.
Konsep digugu (dipercaya perkataannya) dan ditiru (dicontoh perilakunya) adalah esensi guru. Guru wajib menampilkan etos kerja baik, jiwa pengabdian, kerapian, kesopanan, dan profesionalisme dalam setiap aspek—dari cara berpakaian hingga interaksi dengan seluruh warga sekolah.
3. Jiwa Pengabdian Melawan Materialisme
Apakah dalam Diri Guru Masih Tertanam Jiwa Pengabdiannya?
Terdapat kekhawatiran bahwa profesi guru mulai bergeser dari jiwa pengabdi menjadi pekerja jasa pendidikan. Guru sejati harus menyeimbangkan antara hak (penghasilan) dan kewajiban (pengabdian tulus).
Apakah Guru Selalu Berpikir akan Penghasilan dari Kerjanya?
Meskipun kesejahteraan adalah hak, fokus utama harus tetap pada kualitas pengajaran dan dampaknya pada siswa. Ketika pengabdian diutamakan, outcome yang baik akan mengikuti, termasuk kesejahteraan.
4. Tantangan Teknologi dan Inovasi Pembelajaran
Bagaimana Menerapkan Pembelajaran di Era Teknologi Sudah Tepat?
Di era digital, guru wajib mengintegrasikan teknologi secara bijak untuk mendukung kebutuhan siswa, bukan sekadar mengikuti tren. Guru harus menjadi ahli (fasilitator) pada pembelajaran yang menyenangkan dan menghasilkan output optimal, menggunakan teknologi untuk personalisasi, kreativitas, dan kolaborasi.
Peran Pemerintah dan Tantangan Pendidikan
Di sisi lain, pemerintah sebagai regulator memiliki peran vital dalam mendukung profesionalitas guru.
Apakah Pihak Pemerintah Sudah Maksimal Memberikan Motivasi Kesadaran akan Pribadi Guru?
Pemerintah perlu memperkuat program pengembangan keprofesian berkelanjutan, bukan hanya pelatihan teknis, tetapi juga pembinaan karakter dan kesadaran peran guru di masyarakat.
Perbandingan Karakter Siswa: Orde Baru vs. Reformasi
Terjadi perbedaan signifikan dalam penekanan pendidikan antara era Orde Baru dan Reformasi.
Penyebab perbedaan pelayanan pendidikan pada karakter siswa adalah pergeseran nilai sosial, keterbukaan informasi, dan sistem pendidikan yang lebih menekankan pada aspek kognitif-teknis daripada pembentukan moral-karakter secara konsisten.
Penutup: Mendesak Regulasi Karakter Baru
Apakah Perlu Ada Regulasi Baru Khusus dalam Penanganan Karakter Siswa?
Ya, diperlukan. Mengingat tantangan moral dan digital yang dihadapi siswa, regulasi baru atau penguatan implementasi kurikulum berbasis karakter (seperti Pancasila) harus menjadi prioritas. Regulasi ini harus fokus pada pembiasaan baik, keteladanan guru yang terstandardisasi, dan keterlibatan aktif orang tua dan masyarakat dalam ekosistem pendidikan.
Hari Guru Nasional 2025 harus menjadi momentum bagi setiap guru untuk kembali pada esensi pengabdian: mencetak generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter dan berintegritas.


Pendidikan Untuk Semua
Belajar, mengajar, dan menginspirasi dalam bidang pendidikan Formal dan Nonformal
Kontak
Ekonomi
samsiberkarya
081312029889
© 2024. Samsi All rights reserved.
